Dikisahkandalam cerita rakyat Bugis Bone Batu Menangis Atau dongeng rakyat Batu Beranak, Pada zaman dahulu kala disuatu waktu di tanah Bone, hiduplah dua orang, anak dan ibu. Ibunya memiliki sifat dan perilaku yang sangat baik sedangkan anaknya malas disuruh-suruh dan egois. Pekerjaan ibunya adalah mencari kayu bakar di hutan kemudian
Hawadiyah ialah seorang gadis yatim miskin yang hidup di sebuah desa di kawasan Mandar, Sulawesi Barat. Pada suatu waktu, seorang Mara`dia Raja Jawa datang melamarnya dan mengajaknya untuk menikah di Pulau Jawa. Namun, niat baik Mara`dia Jawa itu dihalang-halangi oleh seorang gadis bernama Bekkandari. Mengapa Bekkandari menghalang-halangi pernikahan Hawadiyah dengan Mara`dia Jawa? Kemudian, apa yang dilakukan Bekkandari untuk menghalangi pernikahan mereka? Kisahnya dapat Anda ikuti dalam cerita Hawadiyah berikut ini. Diceritakan, pada zaman dahulu kala, hiduplah dua orang gadis yang tinggal di sebuah desa di kawasan Mandar. Gadis yang pertama bernama Bekkandari, sedangkan gadis yang kedua bernama Hawadiyah. Kedua gadis tersebut memiliki perbedaan yang sangat mencolok, terutama dari segi banyaknya harta. Bekkandari berasal dari keluarga yang sangat kaya. Ayahnya memiliki perkebunan kelapa yang luas dan usaha pembuatan minyak goreng. Sementara Hawadiyah seorang gadis yatim yang berasal dari keluarga yang sangat miskin. Ia tinggal bersama ibunya di sebuah gubuk reyot di ujung desa. Untuk memenuhi kehidupan mereka sehari-hari, Hawadiyah bersama ibunya membantu usaha keluarga Bekkandari. Cerita Rakyat Nusantara Sulawesi Barat Hawadiah Pada suatu hari, Bekkandari bersama ayahnya sedang panen kelapa di kebunnya. Hawadiyah dan ibunya pun turut membantu mengumpulkan buah kelapa yang baru dipetik dari pohonnya. Setelah setengah hari bekerja, mereka pun selesai mengumpulkan ratusan butir kelapa. Sebelum Hawadiyah dan ibunya pulang, ayah Bekkandari memberi mereka lima butir kelapa sebagai upah. Sesampai di rumah, ibu Hawadiyah memarut dan memasak kelima butir kelapa tersebut untuk diambil minyaknya. Rencananya, ia akan menitipkan minyak kelapa itu kepada ayah Bekkandari untuk dijual ke Pulau Jawa. Pada suatu hari, terdengarlah kabar bahwa ayah Bekkandari akan segera berangkat ke Pulau Jawa. Mendengar kabar itu, beramai-ramailah penduduk menitipkan minyak kelapanya kepada juragan minyak itu untuk dijual kepada Mara`dia Jawa. Tidak ketinggalan pula ibu Hawadiyah, ia menitipkan minyak kelapanya yang disimpan dalam sebuah wadah bambu. Sebelum mengantar minyak kelapanya kepada ayah Bekkandari, terlebih dahulu ia membaca sebaris mantra lalu meniupkannya ke dalam bambu, dengan harapan Mara`dia Jawa akan tertarik dan jatuh hati kepada anaknya ketika melihat dan mencium bau minyak tersebut. Setelah menyiapkan segala keperluannya, berangkatlah ayah Bekkandari bersama beberapa orang pekerjanya menuju ke Pulau Jawa dengan menaiki kapal pribadinya. Sudah lima hari lima malam mereka terombang ambing di tengah laut, namun tak kunjung sampai ke tujuan. Padahal, perjalanan dari Teluk Mandar menuju Pulau Jawa biasanya hanya ditempuh selama tiga hari tiga malam. Hal itulah yang membuat juragan minyak kelapa itu menjadi panik dan bingung. ”Hei Nahkoda! Kenapa kita belum juga sampai di Pulau Jawa? Bukankah kita sudah lima hari lima malam di tengah lautan?” tanya ayah Bekkandari dengan perasaan cemas. “Maaf, Tuan! Saya juga tidak tahu apa gerangan penyebabnya. Padahal kecepatan kapal ini berada di atas rata-rata,” jawab nahkoda kapal itu. Mendengar jawaban itu, ayah Bekkandari terdiam sejenak. Ia bingung memikirkan penyebab keterlambatan kapalnya tiba di Pulau Jawa. Beberapa saat kemudian, ia pun teringat dengan sesuatu hal. Rupanya, ia lupa membawa minyak titipan ibu Hawadiyah. ”Mmm… jangan-jangan inilah penyebab keterlambatan perjalananku ke Pulau Jawa,” pikirnya dalam hati. Setelah benar-benar yakin bahwa hal itulah yang menjadi penyebabnya, ia segera memerintahkan kepada nahkodanya agar memutar haluan arah kapal. ”Nahkoda! Putar haluan arah kapal ini. Kita harus kembali ke Tana Mandar,” ujar si juragan kaya itu. ”Kenapa begitu, Tuan? Bukankah sebentar lagi kita akan sampai Pulau Jawa?” tanya nahkoda kapal bingung. ”Tidak mungkin! Kita tidak mungkin sampai di Pulau Jawa sebelum mengambil minyak titipan ibu Hawadiyah,” jawab juragan minyak itu sambil menggeleng-gelengkan kepala. Dengan diselimuti tanda tanya, si nahkoda kapal pun segera memutar balik haluan kapal menuju Teluk Mandar. Setelah menempuh perjalanan selama lima hari lima malam, akhirnya mereka pun tiba di Teluk Mandar. Ayah Bekkandari segera mengambil minyak titipan ibu Hawadiyah yang tertinggal di rumahnya, lalu kembali berlayar menuju ke Pulau Jawa. Alangkah terkejutnya juragan kaya itu beserta anak buahnya, karena hanya dalam waktu dua hari dua malam, mereka sudah sampai di Pulau Jawa. Setibanya di Pulau Jawa, ayah Bekkandari langsung membawa semua minyak kelapanya ke kediaman Mara`dia Jawa. Alangkah senang hati Mara`dia Jawa, karena ayah Bekkandari membawakannya banyak minyak kelapa untuk ia jual kembali kepada padagang dari luar negeri. Begitu pula ayah Bekkandari, ia merasa senang sekali, karena semua minyak kelapanya habis terjual. Setelah membeli segala kebutuhannya, ia bersama rombongannya segera kembali ke Tana Mandar. Di tengah perjalanan, ayah Bekkandari kembali dikejutkan oleh kejadian aneh. Sudah empat hari empat malam mereka menempuh perjalanan, namun kapal yang mereka tumpangi belum juga sampai di Teluk Mandar. Melihat keadaan itu, ayah Bekkandari langsung teringat pada minyak kelapa milik ibu Hawadiyah. Ia pun segera memeriksa ruangan tempat penyimpanan barang di kapalnya. Alangkah terkejut ketika ia melihat minyak kelapa itu masih ada di tempatnya. Rupanya, ia lupa menjualnya kepada Mara`dia Jawa. Akhirnya, ia pun segera memerintahkan nahkodanya untuk kembali ke Pulau Jawa. Setelah menjual minyak kelapa tersebut, hanya dalam waktu dua hari dua malam, ia bersama rombongannya sudah tiba di Tana Mandar, Sulawesi Barat. Sementara itu, Mara`dia Jawa sedang asyik mengamati sebuah wadah bambu berisi minyak kelapa yang diberikan terakhir oleh ayah Bekkandari. Alangkah terkejutnya Mara`dia Jawa itu setelah membuka tutup wadah minyak kelapa itu. Tiba-tiba ia melihat wajah seorang gadis cantik yang memantul dari permukaan minyak. Wajah cantik itu tidak lain adalah wajah si gadis miskin, Hawadiyah. ”Hei… bukankah gadis ini yang sering hadir dalam mimpiku?” tanya Mara`dia Jawa dalam hati. Kali ini, Mara`adia Jawa benar-benar yakin dengan keberadaan gadis yang sering hadir di dalam mimpinya itu. Ia pun berniat untuk pergi mencarinya ke Tana Mandar. Dua minggu kemudian, ketika ayah Bekkandari datang mengantarkan minyak kelapa kepadanya, ia pun ikut serta bersama ayah Bekkandari yang akan pulang ke Tana Mandar. Selama dalam perjalanan, ia selalu berharap agar dapat menemukan gadis impiannya itu. Setibanya di Mandar, Mara`dia Jawa tinggal di rumah keluarga Bekkandari untuk beberapa hari lamanya. Sejak pertama datang, penguasa tanah Jawa itu senantiasa mendapat jamuan istimewa dari keluarga Bekkandari. Berbagai macam makanan dan minuman khas Mandar dihidangkan. Rupanya, putri si juragan minyak yang bernama Bekkandari, diam-diam jatuh hati kepadanya. Ia seringkali mencari-cari perhatian, agar Mara`dia Jawa itu suka kepadanya. Mara`dia Jawa pun sebenarnya tahu maksud gelagat Bekkandari, akan tetapi ia merasa bahwa bukan dialah gadis yang ia inginkan. Pada suatu pagi, ketika Mara`dia Jawa bersama ayah Bekkandari sedang duduk-duduk di teras rumah sambil menikmati kopi panas dan pisang goreng hangat, tiba-tiba seorang gadis lewat di depan rumah itu. Ia pun langsung terperangah melihat gadis itu. ”Hei, siapa gadis itu? Sepertinya aku pernah melihatnya,” tanya Mara`dia Jawa kepada ayah Bekkandari. ”Maksud Tuan gadis yang baru lewat itu?” ayah Bekkandari balik bertanya. ”Iya, Pak!” jawab Mara`dia Jawa singkat. ”Gadis itu bernama Hawadiyah. Ia seorang yatim dan miskin. Ia tinggal bersama ibunya di sebuah rumah panggung yang hampir roboh di ujung desa ini,” jelas ayah Bekkandari. ”Mereka adalah buruh di kebun kelapaku,” tambah ayah Bekkandari dengan nada sombong. Mara`dia Jawa hanya tersenyum mendengar penjelasan juragan minyak kelapa itu. Ketika hari menjelang siang, Mara`dia itu hendak menemui gadis itu. Saat ia berada di ujung desa, tampaklah sebuah rumah panggung yang sudah tua. Atapnya yang terbuat dari daun rumbia sudah bocor. Dindingnya yang terbuat dari gedek pun banyak yang berlubang-lubang. Dengan perasaan ragu-ragu, ia pun mengetuk pintu rumah itu. Alangkah terkejutnya ketika ia melihat seorang gadis cantik membuka pintu. Ia seakan-akan tidak percaya bahwa gadis yang berdiri di hadapannya sama persis dengan gadis yang selalu hadir di dalam mimpinya. ”Tidak salah lagi, inilah gadis yang sering menemuiku di dalam mimpi,” kata Mara`dia Jawa dalam hati dengan perasaan senang, karena telah menemukan gadis impiannya. Pada saat itu pula Mara`dia Jawa pun langsung meminang Hawadiyah dan berniat untuk membawanya pulang ke Pulau Jawa. Ia berencana akan melangsungkan pesta pernikahannya di Pulau Jawa dengan penuh kemeriahan. Mendengar kabar itu, Bekkandari menjadi iri hati dan dendam kepada Hawadiyah. Ia pun segera mencari cara untuk menggagalkan pernikahan mereka. Setelah berpikir sejenak, akhirnya ia pun menemukan caranya, yakni mencelakai Hawadiyah. ”Maaf, Tuan! Bolehkah hamba ikut bersama kalian ke Pulau Jawa? Hamba ingin menyaksikan pesta pernikahan kalian,” pinta Bekkandari kepada Mara`dia Jawa. ”Dengan senang hati,” jawab Mara`dia Jawa sambil mengangguk-anggukan kepala. Keesokan harinya, berangkatlah mereka menuju ke Pulau Jawa dengan menumpang kapal milik ayah Bekkandari. Di tengah perjalanan, Bekkandari menyuruh beberapa orang anak buah ayahnya untuk menculik Hawadiyah. Setelah menyekap gadis miskin itu di sebuah ruang tersembunyi, Bekkandari segera mengambil tadzu[1] dan menyiramkannya ke wajah Hawadiyah. Sungguh malang nasib gadis miskin itu. Wajahnya yang semula halus dan lembut tiba-tiba berubah menjadi kasar dan keras. Setelah itu, Bekkandari melepaskan Hawadiyah untuk menemui calon suaminya. Hawadiyah pun tidak berani menceritakan peristiwa yang baru saja dialaminya, karena Bekkandari mengancam akan membunuhnya. Alangkah terkejutnya Mara`dia Jawa ketika melihat wajah calon permaisurinya. ”Hei… apa yang terjadi denganmu? Kenapa wajahmu rusak begitu?” tanya Mara`dia Jawa penasaran. ”Maafkan Dinda, Kanda! Dinda terlalu ceroboh. Ketika berkeliling-keliling di kapal ini, tiba-tiba Dinda ketumpahan tadzu,” jawab Hawadiyah yang harus berbohong kepada calon suaminya. Mendengar jawaban itu, Mara`dia Jawa tidak dapat berbuat apa-apa. Ia harus menerima kenyataan pahit itu. Namun ketika mereka sampai di Pulau Jawa, rupanya ibu Mara`dia Jawa tidak sudi menerima Hawadiyah sebagai menantunya. Akhirnya, Hawadiyah pun diasingkan ke sebuah tempat untuk dijadikan penjaga sawah Mara`dia Jawa. Sementara, Bekkandari dipilih menjadi permaisuri Mara`dia Jawa. Pada suatu hari, beberapa orang pengawal Mara`adia Jawa mengantarkan makanan untuk Hawadiyah. Alangkah terkejutnya para pengawal itu ketika ia melihat seorang gadis cantik sedang duduk di rumah-rumah sawah. ”Hei, kamu siapa? Ke mana si gadis buruk rupa itu?” tanya salah seorang pengawal. ”Maaf, Tuan! Akulah Hawadiyah, si gadis buruk rupa itu,” jawab Hawadiyah sambil tersenyum. Mendengar jawaban itu, para pengawal Mara`dia Jawa tersebut tersentak kaget. Mereka seakan-akan tidak percaya jika gadis yang di hadapan mereka adalah Hawadiyah. ”Bagaimana kamu bisa berubah menjadi cantik seperti itu?” seorang pengawal kembali bertanya kepada Hawadiyah. Hawadiyah pun menceritakan semua kejadian yang dialaminya, bahwa dia bisa kembali menjadi cantik setelah berkali-kali mandi di sungai atas perintah seekor burung kakaktua. Kemudian ia juga menceritakan semua peristiwa yang menyebabkan wajahnya menjadi jelek. Maka sejak itu, perilaku buruk Bekkandari terbongkar. Setelah mendengar cerita Hawadiyah, para pengawal tersebut segera melapor kepada Mara`dia Jawa. Semula, Mara`dia Jawa tidak percaya dengan laporan para pengawalnya itu. Namun, karena penasaran, akhirnya ia pun bergegas menuju ke sawah. Sesampainya di sawah, ia tersentak kaget ketika melihat wajah Hawadiyah kembali menjadi cantik seperti semula. Ia pun langsung memeluk gadis yang dicintainya itu dengan erat. ”Maafkan Kanda, Dinda! Kanda sudah mengetahui semuanya. Ternyata selama ini Kanda dibohongi oleh Bekkandari,” ucap Mara`dia Jawa. Akhirnya, Mara`dia Jawa mengajak Hawadiyah kembali ke istana untuk melangsungkan pernikahan mereka. Sesampai di istana, ia pun langsung mengusir Bekkandari kembali ke desa halamannya, di Tana Mandar. Sejak itu pula, Mara`dia Jawa memutuskan hubungan dagang dengan ayah Bekkandari. Pesta pernikahan Mara`dia Jawa dengan Hawadiyah dilangsungkan dengan meriah. Berbagai macam seni pertunjukan ditampilkan dalam acara tersebut. Undangan yang datang dari berbagai negeri turut berbahagia menyaksikan kedua mempelai. Sejak itu, Hawadiyah hidup bahagia bersama suaminya dan seluruh keluarga istana Kerajaan Jawa. Demikian cerita Mara`dia Jawa dari kawasan Mandar, Sulawesi Barat. Cerita di atas termasuk kategori dongeng yang mengandung pesan-pesan moral. Salah satu pesan moral yang terkandung di dalamnya adalah akibat buruk dari sifat dengki dan iri hati. Sifat ini tercermin pada perilaku Bekkandari yang telah menyiramkan tadzu ke wajah Hawadiyah, agar dialah yang akan dipilih menjadi permaisuri Mara`dia Jawa. Akibatnya, ia pun diusir dari istana Kerajaan Jawa setelah semua perbuatannya diketahui oleh Mara`dia Jawa. Dikatakan dalam tunjuk Ajar Melayu kalau suka dengki mendengki, orang muak Tuhan pun benci Pelajaran lain yang dapat dipetik dari Cerita Rakyat Nusantara Sulawesi Barat di atas adalah bahwa sifat dengki dan iri hati dapat membutakan hati seseorang. Jika hati sudah buta, seseorang dapat melakukan penganiayaan kepada orang lain. aca juga Dongeng Cerita Anak Yang Mendidik dari Sulawesi Tengah dan posting terbaik lainya yaitu Cerita Dongeng Indonesia Pendek dari Sulawesi Utara
CeritaRakyat Sulawesi Barat - Kisah Romantis I Tui-tuing Dan Siti Rukiah. Cerita Rakyat - reinha.com. Alkisah, di sebuah kampung di daerah Mandar, Sulawesi Barat, ada sepasang suami-istri miskin yang senantiasa hidup rukun dan bahagia. Namun, kebahagiaan mereka belum terasa lengkap, karena belum memiliki anak. Untuk itu, hampir setiap
detikSulselJumat, 02 Jun 2023 0730 WIB Cerita Rakyat Samba Paria, Kisah Si Gadis Pemberani Taklukan Raja Zalim Samba Paria merupakan cerita rakyat Sulawesi Barat yang mengisahkan tentang gadis pemberani bernama Samba Paria yang berhasil menaklukkan rajanya yang zalim.
NusaTenggara Barat (disingkat NTB) ialah sebuah provinsi di Indonesia yang berada di bagian tengah Kepulauan Nusa Tenggara di antara provinsi Bali di sebelah barat dan provinsi Nusa Tenggara Timur di sebelah Timur. Ibu kota provinsi ini berada di kota Mataram.Nusa Tenggara Barat memiliki 8 Kabupaten dan 2 Kota, termasuk kota Mataram.Pada tahun 2020, penduduk Nusa Tenggara Barat berjumlah 5.
Kalau bicara tentang cerita rakyat Sulawesi Selatan, ada cukup banyak cerita rakyat yang bisa kita pelajari dan mengandung pesan moral… Lanjutkan Membaca → Kalau bicara tentang cerita rakyat Sulawesi Selatan, cukup banyak cerita rakyat dari provinsi ini dan kesemuanya memiliki sisi moral yang… Lanjutkan Membaca → Legenda batu bagga ini memang sangat mirip dengan salah satu cerita rakyat yang berasal dari Sumatera Barat. Hmm kakak tidak… Lanjutkan Membaca → Kami sudah cukup banyak memposting Cerita Rakyat Cerpen dari Sulawesi Utara. Papa dan Mama bisa menggunakan menu pencarian jika ingin… Lanjutkan Membaca → Cerita rakyat Sulawesi Selatan yang akan kakak ceritakan di hari libur ini jangan sampai terlewatkan. Ceritanya sangat seru mengenai kisah… Lanjutkan Membaca → Hawadiyah ialah seorang gadis yatim miskin yang hidup di sebuah desa di kawasan Mandar, Sulawesi Barat. Pada suatu waktu, seorang… Lanjutkan Membaca → Kisah Putri Tandampalik adalah contoh cerita rakyat singkat yang akan kami ceritakan malam hari ini. Kisah ini mengajarkan kita untuk… Lanjutkan Membaca → Kisah Panglima To Dilating merupakan cerita rakyat nusantara yang berasal dari Sulawesi. Cerita rakyat Indonesia ini pernah Kakak posting dengan… Lanjutkan Membaca → Cerita Rakyat Sulawesi Utara Ratu Adioa Suatu hari Ratu Wulanwanna menantang keberanian empat sahabatnya untuk membunuh orang tua mereka,… Lanjutkan Membaca → Kemenangan Sebuah Kejujuran sangat terlihat pada Cerita Rakyat Dari Sulawesi Utara ini. Siapapun orang yang jujur maka pada akhirnya Tuhan… Lanjutkan Membaca → Kebaikan hati La Sirimbone pada Cerita Rakyat Sulawesi Tenggara membawa dia kepada keberuntungan. Orang yang baik hati akan disayangi oleh… Lanjutkan Membaca → Penyesalan seorang ibu pada Cerita Rakyat Sulawesi Tengah Legenda Putri Duyung menjadi hal yang sangat mengharukan. Amanat moral dari… Lanjutkan Membaca → Cerita Rakyat Sulawesi Utara yang paling dikenal dimasyarakat adalah Kisah Burung Kekekow. Cerita Rakyat dari Sulawesi Utara ini mengajarkan kita… Lanjutkan Membaca → Posting kali ini merupakan lanjutan dari posting sebelumnya yaitu Kumpulan Dongeng Cerita Rakyat dari Sulawesi yang cocok digunakan sebagai cerita… Lanjutkan Membaca → Blog sebagian besar berisi kumpulan dongeng cerita rakyat yang berasal dari nusantara. Lanjutkan Membaca → Definisi / Pengertian cerita rakyat Kisah Rakyat / Legenda Kisah Rakyat / Legenda / Cerita rakyat adalah cerita atau… Lanjutkan Membaca →
Ansuangbakeng: cerita rakyat dari Sulawesi Utara oleh: Lesawengan, Jeannie, et al. Terbitan: (2016) La Tadamparek Puang Rimaggalatung: cerita rakyat dari Sulawesi Selatan oleh: Herlina, Andi, et al. Terbitan: (2016)
Makassar - Samba Paria merupakan cerita rakyat yang berasal dari suku Mandar, Sulawesi Barat Barat. Cerita rakyat ini cukup populer dan melegenda di kalangan dari buku berjudul 'Cerita Rakyat Sulawesi Barat Samba Paria' yang diterbitkan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kemendikbud, cerita rakyat Samba Paria mengisahkan tentang seorang gadis pemberani yang berhasil menaklukkan rajanya yang memerintah dengan sangat kejam. Raja tersebut bernama Raja Bumi bahwa Raja Bumi Mandar kerap membuat rakyatnya sengsara, dia selalu merampas semua harta yang dimiliki rakyatnya. Rakyat hanya bisa mematuhi semua keinginan raja. Walaupun mereka hidup dalam kesengsaraan, tak ada seorang pun yang berani melakukan perlawanan. Akan tetapi, seorang gadis bernama Samba Paria menunjukkan keberaniannya dan melakukan perlawanan kepada raja. Hal itu dilakukan Samba Paria agar bisa kembali hidup dengan damai dan tentram bersama adik seperti apa kisah perjuangan Samba Paria dalam menaklukkan Raja Bumi Mandar yang kejam? Simak berikut ini kisah Rakyat Sulawesi Mandar Samba PariaAlkisah, di daerah Mandar, Sulawesi Barat, hiduplah seorang Raja yang zalim dan sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Tiap kali sang raja melihat rakyatnya hidup bercukupan, sang raja langsung memungut pajak yang Mandar sebenarnya merupakan wilayah yang kaya akan sumber daya alamnya. Namun, karena keserakahan sang raja, semua jerih payah rakyat dari membajak sawah atau menjala ikan di laut menjadi raja dan keluarganya hidup berlimpah dengan kekayaan hasil memungut pajak secara sewenang-wenang. Sementara rakyatnya tetap hidup dalam kemiskinan meski telah bekerja keras mengolah yang jenuh dengan kezaliman raja pada akhirnya melakukan perlawanan secara sendiri-sendiri atau berkelompok. Tapi semua perlawanan itu sia-sia, raja makin zalim dan memerintahkan tentara kerajaan untuk mengganjar rakyat yang melawan dengan hukuman yang hidup dalam ketakutan lalu berusaha melarikan diri ke negeri lain, namun tidak semuanya berhasil. Perahu yang digunakan untuk berlayar kadangkala tenggelam diterjang ombak ganas di tengah laut atau perahu yang ditumpangi bocor hingga akhirnya tidak punya pilihan lain selain berdiam diri dan memasrahkan diri pada yang maha dikenal sebagai sosok yang zalim dan serakah, sang raja juga dikenal sebagai penyuka perempuan. Perempuan muda dan cantik yang ditemui dan dilihatnya akan diambil paksa olehnya untuk dijadikan sebagai sang raja telah memiliki tiga belas permaisuri, tapi raja belum merasa puas. Suatu ketika saat berada di istana, raja berkata,"Akan aku buktikan bahwa akulah satu-satunya raja sakti tanpa tanding sejagat. Aku haarus memiliki empat puluh permaisuri sebagai bukti kesaktianku!" kata sang raja yang semena-mena itu membuat rakyat hidup dalam ketakutan dan kehilangan semangat. Para gadis memilih mengurung diri di dalam rumah karena takut suatu saat diculik oleh itu, di suatu kampung di lereng gunung tinggalah seorang nenek yang telah berusia lanjut. Meskipun sudah tua pikirannya masih itu dikenal memiliki kemampuan menerawang hal-hal yang akan terjadi di kemudian hari. Tak jarang, orang-orang di sekitarnya bertanya pada sang nenek tentang nasib mereka yang dipermainkan oleh sang nenek mengatakan, dia melihat dalam mimpinya sang raja akan ditaklukkan oleh seorang perempuan muda dan mengakhiri tidak hanya nenek yang mendapatkan mimpi. Suatu malam sang raja juga bermimpi menemukan bunga yang harum semerbak di belantara tempat biasa sang raja pergi harinya, raja memanggil juru nujum ke istana untuk menanyakan makna mimpinya karena dia sangat nujum menjelaskan sang raja akan mendapatkan permaisuri baru yang masih muda dan cantik jelita di rimba belantara. Namun, dia juga berpesan agar sang raja berhati-hati karena gadis yang akan dipersuntingnya juga akan membawa petaka bagi sang terlena dengan kebahagiaan mendengar dirinya akan mempersunting seorang gadis muda dan cantik, dia pun enggan mendengarkan pesan dari juru itu, sebuah rumah panggung tersembunyi di rimba belantara, hidup lah dua orang kakak beradik yang telah yatim piatu. Yang sulung adalah seorang gadis berusia enam belas tahun bernama Samba, sementara sang adik adalah seorang laki-laki berusia sepuluh kerap memanggil si sulung dengan sebutan Samba Paria karena rumahnya yang tertutup rapat oleh tanaman paria. Tanaman paria yang tumbuh menjalari tiang, tangga, dan atap rumah mereka sehingga tak seorang pun akan menduga keberadaan rumah itu jauh dari pemukiman penduduk dan tertutupi pepohonan yang tumbuh lebat di siang Samba Paria bersama adiknya sedang asyik menyantap makanan yang terbuat dari talas di rumah panggungnya. Ketika adik Samba akan memasukkan ubi talas yang masih panas ke dalam mulutnya, tiba-tiba talas itu terlepas dan terjatuh ke berdua membiarkan talas itu tetap di tanah. Mereka tidak memungutnya lagi, karena talas itu telah kotor oleh tanah sehingga tidak mungkin lagi untuk saat yang hampir bersamaan, rombongan raja dari pesisir Mandar sedang berburu di hutan itu. Mereka datang dengan menunggang kuda dan membawa serta beberapa Ekor anjing pemburu yang anjing-anjing pemburu itu dilepas untuk mencari mangsa. Saat kembali, anjing kesayangan raja menggigit sebuah makanan mulutnya."Pengawal! Benda apa yang digigit anjing itu? Cepat ambil benda itu dan bawa kemari!" perintah sang raja yang sedang duduk beristirahat di bawah sebuah pengawal mengambil benda yang digigit si anjing dan menyerahkannya pada sang raja."Paduka, benda ini ternyata sepotong ubi talas yang masih hangat." ujar pengawal itu."Apa katamu? Ubi talas yang masih hangat? Dari mana anjing itu mendapatkan talas hangat di tengah rimba belantara seperti ini?" tanya sang raja raja merasa yakin bahwa orang yang memasak ubi takas itu pasti berada di sekitar situ juga. Karena penasaran, sang raja memberi isyarat kepada si anjing pemburu agar mengantarnya ke tempat ubi talas yang masih hangat itu mereka di depan rumah Samba Paria yang berselimut tanaman peria. Sang raja hampir tidak percaya pada penglihatannya ketika menyaksikan sebuah rumah di tengah belantara rasa penasaran, sang raja mengetuk pintu dan mencari sang pemilik rumah. Beberapa saat kemudian pemilik rumah membukakan raja tertegun saat melihat gadis belia yang cantik jelita berdiri di hadapannya."Aduhai, cantiknya gadis ini." Sang raja bergumam takjub dalam raja pun jatuh hati dengan gadis itu. Tiba-tiba dia teringat akan perkataan juru nujum istana beberapa waktu lalu. Sang raja menduga gadis itu adalah calon permaisurinya dan sang raja berencana untuk itu, hati Sambar pun bergetar tidak karuan. Bukan karena Samba Paria sedang jatuh hati, melainkan karena ia tahu bahwa yang berdiri di hadapannya adalah sang raja karena pakaian yang dikenakannya penuh dengan perhiasan emas yang Paria hendak menjamu sang raja yang sedang kehausan, sayangnya persediaan air minum telah habis. Akhirnya Samba meminta sang raja untuk menunggu air yang diambil adiknya di sungai di balik raja menyanggupi, namun tiba-tiba muncul niat buruk sang raja menculik Samba Paria untuk dijadikan istrinya. Sang raja kemudian melubangi tempat air yang akan dibawa adik Samba Paria agar anak kecil itu berlama-lama di sang raja memerintahkan beberapa pengawalnya untuk membawa gadis cantik itu ke istana. Samba Paria memohon agar tidak dibawa, dia mencemaskan adiknya jika ditinggal sendiri di sang raja tidak peduli dan tetap ingin membawa Samba Paria. Samba Paria kemudian mencari untuk meninggalkan jejak agar sang adik bisa kemudian meminta izin kepada raja untuk mengumpulkan puluhan lembar daun paria untuk dijadikan sayur, dia beralasan sangat menyukai sayur daun paria. Sang raja pun menyetujui permintaan Samba perjalanan menuju istana, Samba Peria merobek-merobek daun paria itu lalu menebarkannya di jalan yang dilaluinya agar adiknya dapat mengetahui yang pulang dari sungai tidak menemukan kakaknya di rumah lantas melihat sobekan daun. Dia pun mengikutinya, setelah hari lamanya berjalan, akhirnya sang adik tiba di istana mencari kakaknya, namun sang raja menyekap dan tidak membiarkan Samba Paria menemui adiknya. Sang adik merasa kecewa, sebelum adik Samba Paria pulang, ia menanam sebatang pohon kelor di depan istana dan berpesan,"Baiklah, jika kakak sudah tidak sudi menemui adik. Adik akan pulang ke rumah. Adik akan menanam sebatang pohon kelor d sini. Jika batang kelor ini layu berarti adik sedang sakit keras. Jika batang kelor ini mati, berarti Adik juga sudah mati," kata anak itu lalu bergegas pergi dengan perasaan sedih dan kecewa yang teramat Paria hanya bisa menangis mendengar pesan terakhir adiknya. Ia selalu mengkhawatirkan nasib adiknya yang tinggal sendiri di tengah rimba mengetahui nasib adiknya, setiap hari Samba Paria mengintip batang kelor itu melalui jendela. Semakin hari batang kelor itu semakin layu. Hal itu menunjukkan bahwa adik Samba Paria sedang sakit kondisi itu, Samba Paria mulai panik. Ia pun segera mencari cara agar bisa melarikan diri dari istana suatu hari, saat sang Raja pergi berburu, Samba Paria memasak nasi dan lauk sebanyak-banyaknya. Dia berniat untuk melarikan semua makanan sudah matang, ia lalu mengajak dayang-dayang istana pergi mandi di sungai yang berada tidak jauh dari istana. Ketika sedang asyik mandi, Samba Paria sengaja membuang cincin pemberian sang Raja ke dalam air."Tolong! Tolong! Cincinku jatuh ke dalam air!" teriak Samba` teriakan Samba Paria, dayang-dayang tersebut segera melompat ke dalam sungai. Mereka harus menemukan cincin itu karena khawatir akan dihukum oleh sang dayang-dayang tersebut menyelam di dalam air, Samba Paria segera mengenakan pakaiannya dan mengambil bungkusan makanannya. Dia lalu menunggang kuda hendak menemui adiknya yang dikiranya sudah di rumahnya, Samba Paria mendapati adiknya tergolek lemas tidak berdaya dengan mata terpejam. Dia pun segera membuka bungkusan makanan yang dibawanya lalu menyuapi dengan pelan-pelan, adiknya masih bisa mengunyah dan menelan makanan itu. Akhirnya, sang Adik perlahan-lahan pulih dan sudah bisa diajak berbicara. Hati Samba merasa lega karena adiknya Samba Paria bertanya mengenai sang raja, karena sang raja pasti akan menyusul dan membawanya kembali ke istana. Samba memikirkan bagaimana cara agar ia lolos dari belenggu sang Paria lalu menghaluskan biji cabe rawit, merica, dan daun kelor sebanyak-banyaknya. Setelah itu, ia mencampurnya dengan abu dapur, lalu memberinya air sehingga bentuknya seperti adonan lama kemudian, sang raja benar-benar datang mencarinya. Sang raja langsung naik ke rumah dan mengetuk pintu."Hei, Samba Paria, buka pintunya! Kalau kau tidak buka pintu, akan aku dobrak pintu ini!" seru sang Raja yang sudah berdiri di depan pintu dengan Paria pun segera membuka pintu rumahnya sambil membawa wadah dari tempurung kelapa yang berisi adonan cabe rawit, abu, daun kelor dan pintu terbuka, ia langsung menyiramkan adonan tersebut ke arah mata sang raja. Raja pun langsung menjerit menahan rasa perih sambil mengusap-usap kedua itu, tiba-tiba raja terpeleset dan akhirnya jatuh terjungkal-jungkal ke tanah. Raja yang zalim itu pun tewas seketika karena tulang lehernya patah terpental di batu besar yang berada di bawah tangga rumah Samba itu, Samba Paria pun kembali hidup damai, rukun, dan tenang bersama adiknya. Simak Video "Pria di Polman Tewas Ditikam OTK Saat Tidur Sampai Wajah Terbelah" [GambasVideo 20detik] urw/sar
CeritaRakyat Propinsi Sulawesi Tengah, Putri Tandampalik. Dahulu, terdapat sebuah negeri yang bernama negeri Luwu, yang terletak di pulau Sulawesi. Negeri Luwu di pimpin oleh seorang raja yang bernama La Busalana Datu Maonggae, sering dipanggil Raja atau Datu Luwu. Karena sikapnya yang adil, arif dan bijaksana, maka rakyatnya hidup makmur.
. 181 342 166 320 379 377 113 117
cerita rakyat sulawesi barat